Jumat, 27 Maret 2015

Merilis album di pasar

Hari jumat tepatnya tanggal 27 maret 2015 berlokasi di pasar modern santa Dewa Budjana resmi mengeluarkan album solo yang ke 8 dalam format vinyl yang ke 3 dan album baru ini diberi nama HASTA KARMA, dengan membayar Rp.350.000 anda dapat membawa pulang piringan hitam dari personil TRISUM ini.

Substore toko yang menjual piringan hitam disini menjadi sponsor utama dalam perilisan album solo international Dewa Budjana yang ke 4 kalinya dan penonton terlihat memenuhi tempat-tempat yang ada, bisa dikatakan penonton merasa terhibur sambil menikmati jajanan makanan yang mereka beli di pasar ini. 

Joget Khayangan membuka penampilan Dewa Budjana dengan para personil muda lainnya yaitu Yandi  (drum) Shadu (bass) Richard Hutapea (sax) Martin (keyboard). Bisa dikatakan  Dewa Budjana dan Shadu memang sudah lama mengenal dikarenakan faktor ayah Shadu yang sering berkolaborasi dengan ia yaitu Idang Rasjidi. Dan personil paling muda pada band ini ada pada pemain drum  Yandi yang berumur 18 tahun. Terlihat di deretan penonton ada kedua orang tua Yandi yang pada masa mudanya pernah menjadi Vokalist Dewa Budjana pada masih merintis karier di kota pahlawan Surabaya.





Lagu ke dua dari album HASTA KARMA diberi judul Desember dengan maksud mengingatkan ia sendiri karena pada bulan desember ia selalu disibukan oleh proyek album solo yang memang rilis setiap tahunnya. Sedangkan untuk lagu terakhir pada album ini diberi judul Ruang Dealisis atau yang biasa dikenal ruang cuci darah hal itu mengingatkan Dewa Budjana pada sosok ayahnya yang harus melakukan cuci darah selama 5 tahun tepatnya tahun 1985-1990 dan sosok yang menjadi panutan Budjana ini pun harus pergi meninggalkannya pada tahun 1990. Untuk lagu Jayaprana menceritakan kisah legenda percintaan dibali yang diakhiri dengan kematian dan setelah yandi menyelesaikan solo drumnya listrik yang ada diatas panggung itu mati, sebuah peristiwa yang sama dengan cerita legenda tersebut.

Selesainya bermain Dewa Budjana pun menyempatkan berphoto bersama fans yang membeli CD atau Vinyl yang dijual. Tidak hanya berphoto saja tetapi Dewa Budjana memberikan tanda tangan pada piringan hitam yang dibeli pada saat itu juga di Substore.





Rabu, 18 Maret 2015

Mengenal Buddy Rich melalui film Whiplash


Jika anda sudah menonton film whiplash yang dirilis pada tahun 2014 pasti merasa terkesan dengan permainan drum Milles Teller (Andrew), pada film ini ia menjadi pemeran utama yang berumur 19 tahun dan bermain drum pada sebuah orkestra yang dipimpin oleh J.K Simmons (Fletcher) kali ini saya tidak akan membahas bagaimana kelanjutan film ini tetapi saya akan membahas tentang Buddy Rich yang menginspirasi Andrew untuk bermain drum.  

Buddy Rich yang biasa dijuluki Baby Traps The Drum Wonder adalah legenda jazz dunia yang lahir di Brooklyn,New York. Pemain drum beraliran Jazz, Big Band, Swing dan bebop aktif bermain pada era 1930an yang bisa disebut eranya musik swing jazz dan di amerika pada saat itu sedang populer musik yang dimainkan dengan format Big Band Swing.

Bakat pertama kali disadari oleh ayahnya pada saat ia mampu menjaga tempo dengan sendok yang ia pegang. Karier buddy rich memang sangat mengkilap,pada umur 18 bulan pun ia sudah mulai bermain drum di Vaudeville dan pada umur 4 tahun ia sudah tampil di pentas Broadway dan melakukan tour ke australia pada umur 6 tahun,ia pun meraih bayaran sebesar $1.000 perpekan dan
menjadikan dia anak muda yang mendapatkan bayaran tertinggi pada waktu itu.



Rich bergabung dengan orkestra Artie Joe pada tahun 1937 dan tidak lama kemudian ia pun bergabung bersama Tommy Dorsey. Ia pun berhenti sesaat bermain drum untuk mengikuti perang dunia ke dua,setelah perang dunia kedua ia pun bergabung bersama pemain trumpet kelahiran Albany,Georgia,U.S yaitu  Harry james dan menjadikan Buddy Rich sebagai pemain pendaming termahal di dunia dengan bayaran $ 1.500.

Tehnik bermain drumnya sangat menonjolkan kecepatan dan kealiannya menjaga tempo yang ada pada band, kemampuannya melakukan rim shoot yang khas dengan sentuhan aksen yang ada pada kick drums dan membangun momentum dengan memukul simbal yang ada pada kit drum ini menjadi
cikal bakal permainan drum jazz swing yang masih digunakan sampai sekarang.     

Nat King Cole,Frank Sinatra,Ella Fritzgerald,Louis Armstrong,Harry James,Joe Marsala pun tercatat pernah bermain bersama Buddy Rich,walaupun apa akhirnya Buddy Rich memutuskan untuk membuat sebuah orkestra sendiri yang ia namai Buddy Rich  And His Orchestra. Pada tahun 1946 Buddy Rich dan Frank Sinatra membuat  sebuah band yang dikenal dengan band bertabur bintang dengan bayaran yang mahal, tetapi sayang band ini harus bubar dikarenakan tidak mampu menghasilkan banyak uang.



Banyak sekali album musik yang ia buat dan kali ini saya mengambil salah satunya yaitu Album yang dibuat pada  tahun 1967 yaitu Big Swing Face berisikan 18 lagu yaitu :

1. Norwegain Wood 
2. Big Swing Face 
3. Monitor Theme
4. Wack Wack 
5. Love For Sale
6. Mexicali Nose 
7. Willowcrest
8. The Beat Goes On
9. Bugle Call Rag
10. Standing Up In a Hammock
11. Chicago
12. Lament for Lester
13. Machine 
14.Silver Threads Among the Blues 
15. New Blues 
16. Old Timey 
17. Loose
18. Apples (aka "gino")




Pada akhir hayatnya Buddy Rich telah mengispirasi musisi lain sebut saja Steve Smith dan Dave Weckl adalah penggemar berat rich sampai sekarang. Pada 2 April 1987 Buddy Rich meninggalkan kehidupan duniawi karena gagal jantung dan ia dikebumikan di Westwood Village Memorial Park Cementary di Los Angeles.

Berikut lagu yang berjudul Big Swing Face yang diambil pada Album Big Swing Face.

 


Sumber 
http://www.buddyrich.com
http://www.allmusic.com/artist/buddy-rich-mn0000539774/biography
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Buddy_Rich








Jumat, 13 Maret 2015

Perpaduan antara musik dan makanan

Musik memang tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan manusia,bahkan hampir setiap hari manusia yang ada dibumi mendengarkan musik kapanpun dan dimana pun itu entah itu musik beraliran rock,jazz,dangdut,keroncong,pop dll. Musik memang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman sekarang.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia pun membutuhkan apa yang namanya makan,Acara yang bertemakan Musical Culinary Festival yang digagas oleh Local Taste ini memadukan antara makanan dan musik. Untuk pertunjukan musiknya pun tidak kalah meriah dengan para penjual makanan atau minuman yang ada di Grand Indonesia Lantai 5 ini.



Bisa dibilang acara ini banyak dihadiri oleh para pegawai kantoran karena hari jumat yang notabene sebagai hari kerja terakhir tiap pekannya. Pengunjung yang datang pada sore hari langsung disambut oleh penyanyi wanita yang bergenre pop,folk,acoustic yaitu Puti Chitara. Suara khas yang merdu yang menyatu dengan alunan gitar akustik ini pun disambut baik oleh pengunjung yang ada, dan terdengar sayup-sayup penonton yang ikut bernyanyi pada saat lagu yang berjudul Universe dimainkan.


Kali ini band indie asal jakarta yang beranggotakan Iga Massardi (Vocal, Guitar) TJ Kusuma (Guitar) Gerald Situmorang (Bass) Marco Steffiano (Drum) juga menghibur panggung Musical Culinary Festival. BARASUARA yang bergenre Rock,Blues,Jazz dan folk banyak menyedot perhatian pengunjung yang datang bahkan dalam pengamatan saya ada beberapa penonton yang hadir keacara ini hanya untuk menonton BARASUARA saja dan tidak membeli makanan yang dijual.

Band yang didirikan oleh Iga Massardi pada tahun 2011 ini memang berbeda dengan project musiknya yang lain. Ia pun bekerja sama dengan Soulvibe,Raisa dan selalu memainkan alat musik gitar. Berbeda dengan Gerald Situmorang yang biasanya memegang alat musik gitar, kali ini ia memainkan alat musik yang khas dengan nada-nada rendahnya yaitu electric bass.


Festival jajanan yang difokuskan bagi pecinta kuliner ini rutin diakan setiap tahunnya. Untuk urusan makanan memang sangat enak dan makanan yang dijual disini berkisar dari harga 20-80 ribu Rupiah sangat dijamin anda tidak menyesal untuk membeli makanan yang ada sambil menikmati musik yang mengalun. Dengan tiket masuk seharga 10 ribu Rupiah anda sudah bisa masuk untuk menikmati musik saja atau juga berbelanja makanan.




Bagi anda yang penasaran dengan event kali ini bisa kunjungi situs resminya yaitu http://localtaste.co.id 
Dan untuk jadwal musiknya bisa dilihat disini

Minggu, 08 Maret 2015

Penutupan Java Jazz 2015

Java jazz hari ke tiga resmi dibuka dengan penampilan dari Galaxy Big Band Jazz Orchestra yang membawakan lagu-lagu swing jazz yang diaransemen kembali oleh mereka dengan sangat baik, penonton yang baru datang pun langsung berkumpul kedepan panggung untuk melihat lebih jelas permainan mereka. Untuk hari ke tiga ini terdapat perbedaan jumlah penonton, terlihat untuk sore ini  lebih lenggang dibandingkan hari kemarin.


30 menit berselang grup musik yang dinamain Radio Television Malaysia  yang membawakan lagu-lagu Jazz ini berkolaborasi dengan penyanyi legenda asal indonesia yaitu Harvey Malaiholo. Penonton yang memasuki hall A2 ini pun terlihat sangat bergembira dan menikmati alunan nada dengan cara menggoyangkan badan dan berteriak memanggil nama Harvey Malaiholo.



The ladies of jazz indonesia yang berisikan Ermy Kullit Margie Segers dan Rien Djamaian ini membuat hall D1 menjadi tempat reuni anak-anak muda pada tahun 1980an, mereka membawakan lagu-lagu dengan aransemen yang diciptakan oleh pianis berbakat indonesia Adra Karim dan Trust Orchestra 

Warren Hill Pemain saxophone asal Toronto Ontario Canada yang lahir 49 tahun silam yang lalu sangat memukau penonton dengan permainan yang kental akan musik Funky. Play That Funky Music menjadi lagu terakhir yang ia bawakan dengan sangat meriah dan membuat penonton terkagum-kagum, musik funky yang identik dengan suara bass yang khas dan biasanya menggunakan tehnik slap pun dipamerkan juga pada lagu terakhir yang dibawakan warren hill ini.
Di panggung Outdoor tiba-tiba menjadi sangat penuh dengan penonton, yaitu Yura Yunita yang mampu menarik perhatian penonton pada Stage Java Jazz Coffe ini, Selama pantauan saya selama 3 hari panggung Java Jazz Coffee tidak pernah seramai ini. Yura membuka penampilannya dengan lagu yang dipopulerkan oleh chrisye yaitu Hip Hip Hura Hura yang diaransemen dengan ketukan dan nada-nada khas dari pop jazz. Setelah kurang lebih 1 jam, Yura pun menutup panggung Java Jazz Coffee dengan lagu Superlunar yang ada didalam almbum terbaru Yura yang dinamai YURA.

drummer beraliran jazz yang biasa bermain bersama grup musik jazz Fourplay yaitu Harvey Mason mampu membuat penikmat jazz merasa terhibur sekali dengan aliran jazz fusion yang mereka mainkan, Di dalam Hall A3 ini terasa sangat sesak dan sempit dikarenakan fans  Sammy Simorangkir  sudah menunggu di dalam, tetapi secara keseluruhan penikmat Sammy pun terhibur dengan permainan dari  harvey mason yang lahir 68 tahun yang silam.

Dihari ketiga Java Jazz festival ini kembali memunculkan kembali musisi yang pada hari sebelumnya sudah pernah tampil, Richard Bona, Chris Botti dan Alain Caron dan Blue Note Tokyo All Stars Orchestra yang hari sebelumnya sangat penuh dan sesak untuk hari terlihat lebih lenggang . Berbeda dengan Christina Perri yang sudah membuat antrian panjang setengah jam sebelum pintu masuk di buka.

Jessi J musisi Special Show Java Jazz festival tahun ini membuat antrian yang sangat panjang terlihat disela-sela antrian ada seorang wanita yang diangkat oleh tim medis karena pingsan. Hal ini berbeda pada penonton di outdoor stage 1 Chris minh Doky & Hanna Paulsberg yang memainkan lagu-lagu jazz fusion. Mereka membentuk grup musik bernama Nordic All Stars yang merupakan kumpulan musisi-musisi terhebat di Scandinavia ,Chris Minh Doky, Jimi Tenor, Hanna Paulsberg, Magnus Lindgren mampu membuat Java Jazz hari terakhir ini menjadi sangat meriah.




Kali ini Panggung Semeru Straight Ahead Jazz Hall dipenuhi yang berada dilantai 6 ini pun tidak luput dari para pecinta musik jazz, tempat yang terbilang jauh dari panggung-pangung lain ini pun tetap menarik minat Penonton. Joshua Lender feat Ron King Big Band yang membawakan lagu 
Georgia on my mind ciptaan Ray Charles ini mampu membuat penonton bernyanyi bersama.

Snarky Puppy resmi menutup Java Jazz 2015 pertunjukannya di gelar di Hall A2 BNI, memang hari ke tiga yang biasanya menjadi hari terakhir di event ini memang bisa membuat saya sedih dan harus menunggu 1 tahun lagi untuk menikmati event terbesar di dunia ini, bahkan efeknya juga berimbas pada pariwisata kota Jakarta yang mampu menarik turis asing dan lokal sampai 25 % besarnya. Semoga di Java Jazz tahun depan masih diberi kesehatan dan waktu untuk bisa menghadirinya kembali.



#Jazzevent 

Sabtu, 07 Maret 2015

Java Jazz Hari Kedua

Hari ini tepat hari sabtu tanggal 7 maret 2015 Java Jazz hari kedua dimulai dengan berbeda dengan hari pertama, perbedaan terdapat pada kepadatan penonton dan tentunya berimbas pada tempat parkir yang ada di jiexpo kemayoran ini. Penuhnya penonton yang ada disini dikarenakan banyaknya musisi-musisi berbakat dari dalam dan luar negeri dan faktor akhir pekan menjadi hiburan bagi pecinta jazz nusantara.

Alain Caron Bassist asal canada yang lahir 59 tahun yang silam membuka pergelaran java jazz festival hari kedua ini, Hall A3 pun terisi 50 % dari kapasitas yang ada sehingga penonton masih bisa leluasa untuk menikmati besarnya hall tersebut, alunan musik fusion dan swing yang ia mainkan sangat terasa indah disini, karena cuaca yang ada pada saat ini sedang hujan alunan bass freetlessnya pun sangat tampak dominan di band tersebut.

Belum selesai Alain Caron bermain, Hall D2 Sudah terisi setengah dari kapasitas yang ada dikarenakan adanya bobby McFerrin bermain dengan menepuk dadanya pada saat bernyanyi yang menjadi ciri khasnya,sketching yang rumit untuk ditiru pun tidak luput menjadi pusat perhatian penonton yang ada di dalam hall utama ini.

30 menit berselang grup musik jazz asal japan yang mereka sebut Blue Note Tokyo All Star Jazz Orchestra mampu membuat hall C1 Brava radio menjadi sangat penuh, bahkan saya pun tidak mendapatkan tempat duduk yang telah disediakan. Penonton yang memenuhi hall ini pun dibuat terkagum-kagum pada saat mereka membawakan lagu yang dibuat oleh Jaco Pastourius yang berjudul Teen Town, Koichi Asamu yang bertugas sebagai pemain bass ini pun mampu membuka lagu ini dengan nada-nada rendah yang ia mainkan dari bassnya dan ditengah lagu ini pun para pemain trumpet dan saxophone pun beradu kemampuan dengan bersolo.

Sementara itu musisi kelahiran sao paulo brazil keturunan jepang pun bermain pada hall D1 simpati yaitu Lisa Ono. Alunan smooth jazz yang kental akan pengaruh musik latin pun membuat hall ini menjadi sangat Romantis di mana hari ini adalah malam minggu. Dock the bay dan jambalaya menjadi bukti bahwa Lisa Ono memang pantas mendaptkan panggung tersendiri untuk event sebesar Java Jazz.

Tak berlangsung lama pria campuran italia dan amerika yaitu Chris Botti mampu membuat panggung utama di Java Jazz festival menjadi sangat sempit dikarenakan luapan penonton yang ingin menonton.
Kolaborasi dengan pemain biola Charolyn Chamber pun mampu membuat penonton meneriakan namanya di lagu pertama kali yang ia bawakan. Dan ternyata Chris Botti tidak betah berlama-lama bermain diatas panggung dan ia memutuskan untuk bermain di hadapan penonton yang sedang terduduk di kursi roda, penonton yang lain pun sontak bertepuk tangan atas dirinya. Tidak sampai disitu penonton dibuat terkagum-kagum pemain drum dari band ini pun melakukan aksi solo drum yang kemudian diakhiri salam perpisahan. 

Tulus musisi asal indonesia ini mampu meramaikan event kali ini dengan menyulap Hall D3 menjadi sangat penuh dan jam bermainnya pun bersamaan dengan Chris Botti, hal ini membuat dilema fans Tulus dan Chris Botti untuk menentukan musisi mana yang akan mereka lihat, dan ini memang merupakan ciri khas Java Jazz.

Setengah jam setelah Chris Botti selesai bermain antrian menuju pintu hall D2 disitu terlihat antrian yang sangat penuh karena antrian Incognito feat Chaka Khan. Setelah pintu masuk dibuka penonton terlihat berlarian untuk mengisi tempat duduk yang sudah disediakan, dan lagi-lagi banyak penonton yang penasaran tidak dapat masuk ke hall utama. Suara Chaka Khan yang tinggi dan berkarakter terdengar sangat menghibur, saat lagu Sweet Things penonton yang memang hafal lagu incognito pun banyak yang bernyanyi sambil bergoyang karena terbawa ueforia. Tak ketinggalan lagu still a friend of mind pun dibawakan dengan di medley lagu colibri yang dikenal dengan lagu yang sangat susah untuk dinyanyikan untuk seorang penyanyi.

Dijam yang sama, Di hall B3 Richard Bona membuat penonton bergoyang dengan nada-nada yang kental akan musik africa yang digabung dengan ketukan drum yang kaya akan musik latin. Didalam hall ini tidak hanya berisikan oleh fans Bonna tetapi sudah ada fans Kahitna yang sudah menunggu didalam dan membuat hall yang besar ini menjadi penuh dan sesak.

Java Jazz 2015 resmi ditutup dengan duo musisi asal amerika yaitu Brad Mehldau dan Mark Gulliana yang mereka namai Mehliana. Konsep bermain Mehliana adalah menggabungkan musik modern menjadi fusion jazz yang sangat apik dengan alunan nada berasal dari synthesizer dan ketukan drum dari Mark Gulliana. Peter Gontha selaku pendiri dari event Java Jazz memberi medali penghormatan untuk Brad Mehldau karena telah menginspirasi musisi muda untuk tetap bermain musik.


#Jazzevent



Jumat, 06 Maret 2015

Menduniakan Indonesia Dengan Event Jazz

Indonesia sekarang boleh menyombongkan diri melalui musik, ialah Java Jazz Festival yang mampu membuat indonesia menjadi terkenal di mata dunia. Event jazz ini adalah event jazz terbesar di dunia yang sudah diadakan 11 kali secara berturut-turut yang dimulai pada tahun 2004 silam dengan menampilkan musisi luar dan dalam negeri. 

Hari ini tepatnya tanggal 6 maret 2015 Event Jazz terbesar di dunia ini di buka dengan penampilan Farrah Di dan jei angklung yang bermainan jazz fusion dengan tidak menghapuskan musik etnik indonesia. Sedangkan di panggung lain UPH Conservatory  Orchestra bermain lagu-lagu nusantara dari sabang sampai merauke dengan cara yang lain,yaitu bermain swing. Echa soemantri yang notabene mahasiswa UPH (universitas pelita harapan) pun bermain drum pada project kali ini.



Berselang  1 jam Hendrik Meurkens pun bisa meramaikan panggung C2 Brava Radio Hall dengan bermain samba jazz dan mereka pun menamai samba jazz east, Musisi yang lahir di jerman 40 tahun silam ini pun membuat penonton terkagum dengan alunan nada -nada yang keluar dari harmonica yang ia mainkan.

Tepat pukul 9 malam musisi asal amerika ini mampu membuat hall A2 yang terkenal besar itu menjadi penuh dan penonton pun sangat menikmati musik mereka. Michael league yang memimpin band ini pun terlihat menggunakan baju tim sepakbola lokal asal jakarta persija jakarta. Kali ini mereka datang kejakarta dengan personil yang lebih lengkap.

Di jam yang sama Jumaane Smith feat Ron King Quintet berhasil membuat pengunjung di hall B1 ini menjadi lebih santai. Disana penonton banyak yang menggunakan luasnya hall untuk tempat beristirahat dengan berbaring-baring sambil menikmati alunan musik dari mereka yang ada di atas panggung.

Tak hanya musisi luar negeri yang mampu memukau penonton, musisi asal indonesia pun bisa memukau penonton mulai dari stage outdoor,booth kecil dan panggung yang besar, Dian Pramana Poetra lah yang membuat hall D2 menjadi sangat-sangat penuh bahkan ada penonton yang tidak mendapatkan kursi dan harus rela berdiri demi menonton musisi legendaris asal indonesia tersebut. Musisi yang pernah berkolaborasi dengan dedi dukun ini mampu mengolah Hall D2 menjadi ajang reuni bagi penikmat musik tahun 80an.




Setiap tahunnya java jazz tidak berhenti membuat penikmat jazz menjadi bingung karena jadwal musisi, kali ini dian pramana poetra harus berbenturan jadwal dengan Kenny Lattimore yang baru pertama kali datang ke indonesia dan langsung mendapatkan panggung utama di D2 hall. Lagu-lagu seperti love me back , never too busy dan days like this dibawakan dengan sangat baik oleh ia dan hall D2 pun terisi penuh dengan penikmat jazz.
Java jazz hari pertama resmi ditutup oleh Jarod Lawson yang bermain di hall A1 dan berbenturan dengan musisi yang sangat hitz pada tahun 90 dan 2000an di indonesia yaitu sheila on 7 yang bermain di hall A3.




#Jazzevent